RAGAM BENTUK BAHASA : ILMIAH,SEMI ILMIAH DAN NON ILMIAH



RAGAM BENTUK BAHASA : ILMIAH, SEMI ILMIAH DAN NON ILMIAH

Perbedaan Karangan Ilmiah dengan Non Ilmiah dan Semi Ilmiah :
Istilah karangan ilmiah dan non ilmiah merupakan istilah yang sudah sangant lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juyga sebagian ahli bahasa yang menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karangan ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan diatas, terdapat juga karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semi –ilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah.



Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semi-ilmiah, ilmiah dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan koifikasi karangan. Jika dalam karangan semi-ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum dari pada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah.
Penggolongan karangan menurut bobot isinya, karangan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu, karangan ilmiah, semi ilmiah, dan nonilmiah.
Non ilmiah (Fiksi) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisan rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisan juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting, dan sebagainya.
Bentuk karangan nonilmiah yaitu dongeng, cerpen, novel, anekdot, hikayat, cerber, puisi, dan naskah drama.
Ciri-ciri karangan nonilmiah yaitu :
ð  Ditulis berdasarkan fakta pribadi
ð  Fakta yang disimpulkan subjektif
ð  Gaya bahasa konotatif dan popular
ð  Tidak memuat hipotesis
ð  Penyajian dibarengi dengan sejarah
ð  Bersifat imajinatif
ð  Situasi didramatisir
ð  Bersifat persuasive
Semi ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan menurut metodologi penulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahsa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-sintesis karena sering dimasukan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongen,hikayat,novel,roman, dan cerpen. Karakteristiknya : berada diantara ilmiah.
Bentuk karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, oppini, tips, reportase, dan resensi buku. Resensi buku adalah bentuk kombinasi antara uraian, ringkasan, dan kritik objektif terhadap suatu buku. Klasifikasi pembuatan resensi buku ilmiah yaitu ringkasan, deskripsi, kritik, apresiasi, dan praduga.

Adapun ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, yaitu :
ð  Ditulis berdasarkan fakta pribadi
ð  Fakta yang disampaikan subjektif
ð  Gaya bahasa formal dan populer
ð  Mementingkan diri penulis
ð  Melebih-lebihkan sesuatu
ð  Usulan-usulan bersifat argumentative, dan
ð  Bersifat persuasif
Ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Adapun jenis karya ilmiah yaitu :
ð  Makalah : karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data dilapangan yang bersifat empiris-objektif (menurut bahasa, makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti karangan).
ð  Tesis      : karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi.
ð  Disertasi : karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasar data dan fakta yang sahih analisis yang terinci.
Ciri-ciri karangan ilmiah yaitu :
ð  Sistematis;
ð  Objektif;
ð  Cermat, tepat, dan benar;
ð  Tidak persuasif;
ð  Tidak argumentatif;
ð  Tidak emotif;
ð  Tidak mengejar keuntungan sendiri;
ð  Tidak melebih-lebihkan sesuatu;
Menurut Lamuddin Finoza, terdapat tiga ciri karangan ilmiah. Pertama, karangan ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (factual objektif). Factual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Objektif juga mengandung pengertian adanya sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran yang subjektif (selera perseorangan). Objektifitas tersebutlah yang membuat kebenaran ilmiah berlaku umum dan universal. Dengan kata lain kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan memlalui ekspreimen bahwa dengan kondisi dan metode yang sama dapat dihasilkan kesimpulan yang sama pula. Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan langkah-langkah ang teratur (sistematis) dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahasa ilmiah harus baku, baik ejaan, pembentukan kata, maupun struktur kalimatnya. Selain itu bahasa ilmiah bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri lain bahasa ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu masing-masing.
Dalam hal ini, seorang pakar penulisan ilmiah, Jujun Suriasumantri (1986:58) berpesan secara khusus kepada penulis sebagai berikut:
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sebuah kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan mana yang merupakan predikat kemungkinan besar akan merupakan informasi yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir, tata bahasa yang tidak cermat merupakan logika yang tidak cermat pula. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah menggunakan tata bahasa yang benar.

Contoh artikel Semi Ilmiah 


Jabodetabek Tidak Lagi Menarik

            Bogor- Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi adalah pilihan investor di bandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Kendati luas 0,03 persen dari luas wilayah nasional, pada tahun 2009, kawasan ini menyumbangkan 25,78 persen dari produk domestic regional bruto nasional. Selain itu dorongan dari pemerintah melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) juga menetapkan jabodetabek sebagai lokasi investasi terbesar.

            Dalam jangka panjang Jabodetabek bisa tidak lagi menjadi menarik  bagi investor. Hal ini disebabkan akumulasi dari penurunan daya dukung lingkungan serta tidak meratanya akses terhadap aktivitas ekonomi yang meningkatkan kemiskinan, kriminalitas, dan konflik social. Pertumbuhan lahan terbangun di Jabodetabek yang tidak terkendali mengonversi kawasan pertanian dan kawasan lindung sehingga membuat daya dukung kawasan menurun,

            Hal itu, antara lain, terlihat dari luas ancaman banjir di kawasan Jabodetabek yang terus menaik pada tahun 2000, sebanyak 102 desa di Jabodetabek yang terkena banjir, tahun 2008 sudah mencapai 644 desa terkena banjir. Selain itu infrastruktur juga tidak efisien sehingga menimbulkan kemacetan dan kekumuhan yang semakin parah setiap tahun.

            Sebaiknya pemda kawasan Jabodetabek meningkatkan infrastruktur yang efesien dengan menghilangkan titik lokasi yang terkena banjir, membuat resapan air yaitu penanaman pohon atau  pembuatan sumur resapan untuk mengurangi laju luncuran air kepermukaan dan pemerintah daerah lebih meningkatkan infrastruktur jalur kendaraan agar kemacetan bisa di tuntaskan dengan memberikan lahan parkir, pejalan kaki, pedagang kaki lima. Menghilangkan kekumuhan dengan mendatangi dan memberi pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya lingkungan.

            Dengan infrastruktur yang bagus maka kawasan Jabodetabek akan selalu menarik investor dan memperbaiki aktivitas ekonomi. Selain itu bisa memberi contoh kepada daerah lain untuk meningkatkan daya tarik investor, agar setiap daerah berkembang dan juga mengurangi kemiskinan.

Sumber berita : Kompas.com, wikipedia.org
   
Analisis dari artikel : 
1. EYD : Selain itu dorongan dari pemerintah melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) juga menetapkan jabodetabek sebagai lokasi investasi terbesar.
2. Pemilihan Kata (DIKSI) : Dalam jangka panjang Jabodetabek bisa tidak lagi menjadi menarik  bagi investor.
3. Kalimat Efektif : Sebaiknya pemda kawasan Jabodetabek meningkatkan infrastruktur yang efesien dengan menghilangkan titik lokasi yang terkena banjir, membuat resapan air yaitu penanaman pohon atau  pembuatan sumur resapan untuk mengurangi laju luncuran air kepermukaan dan pemerintah daerah lebih meningkatkan infrastruktur jalur kendaraan agar kemacetan bisa di tuntaskan dengan memberikan lahan parkir, pejalan kaki, pedagang kaki lima.
4. Alinea :       Bogor- Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi adalah pilihan investor di bandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Kendati luas 0,03 persen dari luas wilayah nasional, pada tahun 2009, kawasan ini menyumbangkan 25,78 persen dari produk domestic regional bruto nasional.   
5. Topik, Tema, Judul :  Jabodetabek Tidak Lagi Menarik



Referensi :   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI NOVEL

FUNGSI DAN PERAN BAHASA INDONESIA DALAM PENULISAN ILMIAH